Berjuang(?) - Obrolan Grup WA

Berjuang(?) - Obrolan Grup WA


Hari ini aku terlibat dalam sebuah obrolan kecil di WA. salah seorang temanku membuka obrolan dengan sebuah catatan dari bacaannya dalam sebuah buku Melawan Melalui Lelucon. Buku kumpulan tulisan Gus-Dur di Harian Tempo. Tulisan itu mengungkapkan bahwa semua orang berjuang. Muslim Moderat juga berjuang, Gus Dur, Nurcholis Majid dan banyak lagi.

"Kalau soal berjuang, tokoh2 Muslim moderat spt Kyai Abdurrahman Wahid, Profesor Nurcholish Madjid dll dulu juga berjuang; melawan kezaliman orde baru; melawan karena kaum muslim saat itu dipinggirkan dan dipandang sebelah mata, sementara beberapa kelompok lain dianak emaskan oleh rezim yg berkuasa, tapi mereka dulu melawan tidak dg menebar kebencian, tidak juga memprovokasi massa muslim yg lugu, tapi melawan dg lelucon, menggulirkan ide2 Islam intelektual--yg sebenarnya mau melawan. Tujuan tercapai, kaum muslim jadi cerdas. Saat itu, taruhannya juga nyawa lho. Ada operasi naga merah utk menghabisi tokoh politik A, ada operasi naga hijau utk menghabisi Gus Dur, ada operasi utk Muktamar Cipasung, ada operasi Ninja utk menghabisi para kyai dll, tapi ya dihadapi aja, gak perlu kabur kemana2".

dan sebuah komentar replay dari teman yang lain masuk di bawah kutipan yang ditulis. "Takbir!!". dan cerita pun dimulai. Pengirim posting agak berat hati sepertinya hingga sebuah komentar balasan dilayangkan "jangan sedikit2 takbir lah mas. itu kalimat sakral". meskipun tidak ada salahnya tapi aku sendiri merasa tak enak dengan komentar takbir itu. bukan merasa panas dengan takbir. tapi sepertinya terlalu remeh jika kata sakral itu seperti diobral bahkan sampai dijalanan dengan mengangkat tangan dan diikuti ucapan cacian. bukankah dzikir itu menenangkan hati? terus kenapa menjelma seperti mantra perusak, pencaci?
sekali lagi ini masalah rasa diluar logika. karena hal ini tak usah difikirkan cukup dirasakan. 😁 tak kuat dengan hal itu aku pun ikut nimbrung dalam obrolan grup ini. "cukuplah dzikir itu dihati dan tak baik sepertinya jika diobral dijalanan."
ada sedikit fikiran mengganjal dalam hati, sudahkah aku berjuang? berjuang seperti apa? tak enak juga, ternyata fikiran ini juga menguras tenaga dan aku sendiri pun sadar bahwa aku hanya diam dan berusaha tenang. fikiran malasku keluar, dari pada berbuat jelek, bukan kah diam itu lebih baik? hahaha timbangan orang malas memang seperti itu. ya setidaknya jika masih belum bisa berjuang seperti para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan ya kita jangan merusaknya. ah sepertinya agak terlalu berat buat orang yang kayak aku membicarakan negara. mari bicara yang ringan saja. kalo aku misalkan itu seperti ini. jika kita belum bisa bicara baik sama orang lain, ya bok jangan malah bicara jelek dan misuh. ya kan. (iyain aja biar cepet hehehe) ini contoh paling kecil dari berjuang yang paling malas. kayak aku ini hihihihi
berjuang itu bukan hanya terus melakukan yang baik tapi tidak melakukan yang jelek itu juga berjuang. anggaplah begitu ya. 😁 nulis seperti ini jadi ingat satu kutipan film
"jangan pernah mengira bahwa orang yang diam itu tidak berbuat apa-apa, karena diam dan tidak berbuat apa-apa adalah dua hal yang berbeda"

Mari berbagi pikiran, tulis komen di bawah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar